Jumat, 29 Desember 2017

PRASATI YANG ditemukan di INDONESIA

1)      Prasasti Ngadoman
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/0/00/Pr_Ngadoman.jpg/250px-Pr_Ngadoman.jpg
Prasasti Ngadoman
Prasasti Ngadoman ditemukan di desa Ngadoman, dekat Salatiga, Jawa Tengah. Prasasti ini penting karena kemungkinan besar merupakan perantara antara aksara Kawi dengan aksara Buda.
Alihaksara diplomatis
  1. 'ong sri sarasoti kreta wukir hadi damalung uri
  2. ping buwana 'añakra murusa patirtan palemaran hapan yang
  3. widi hani déni yang raditya yang wulan hanele ‘i halahayu
  4. ni dewamanusa yang hanut yang hagawe bajaran tapak tangtu kabah.ha
  5. deni dewamanusa muwah. sang tumon sangng amanah arenge luputa
  6. ring ila ila pad.a kadelana tutur jati yén ana ngabah ta
  7. npa bekel apatik wenang tanpa baktaha histri pitung hajama tan wawa
  8. dona wastu sri syati sakawarsa | 1371
Om Sri Saraswati, gunung Damalung (Merbabu) yang agung dan suci. Engkau adalah kehidupan di buana ini, melingkari, menjelma menjadi manusia, tempat air … sebab Hyang Widi … oleh Dewa Matahari, Dewa Bulan yang menyinari baik buruknya Dewa dan manusia. Juga yang melihat yang punya hati, mendengar dan akan lolos dari apa-apa yang dilarang oleh tradisi. Semuanya sama-sama percaya akan tutur yang sejatinya. Jika ada yang … tanpa memiliki abdi-abdi, mampu tidak membawa seorang wanita, tujuh … tidak beristri dengan sesungguhnya (Pada tahun Saka 1371 (1449/’50 Masehi).

2)      Prasasti Blanjong

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/7/78/Sanur_Belankong_Pillar.jpg/170px-Sanur_Belankong_Pillar.jpgPilar prasasti Blanjong di Sanur, Bali (913 Masehi).
Prasasti Blanjong (atau Belanjong) adalah sebuah prasasti yang memuat sejarah tertulis tertua tentang Pulau Bali. Pada prasasti ini disebutkan kata Walidwipa, yang merupakan sebutan untuk Pulau Bali. Prasasti ini bertarikh 835 çaka (913 M), dan dikeluarkan oleh seorang raja Bali yang bernama Sri Kesari Warmadewa. Prasasti Blanjong ditemukan di dekat banjar Blanjong, desa Sanur Kauh, di daerah Sanur, Denpasar, Bali. Bentuknya berupa pilar batu setinggi 177 cm, dan bergaris tengah 62 cm. Prasasti ini unik karena bertuliskan dua macam huruf; yaitu huruf Pra-Nagari dengan menggunakan bahasa Bali Kuno, dan huruf Kawi dengan menggunakan bahasa Sanskerta. Situs prasasti ini termasuk dalam lingkungan pura kecil, yang melingkupi pula tempat pemujaan dan beberapa arca kuno.

Isi prasasti

“Pada tahun 835 çaka bulan phalguna, seorang raja yang mempunyai kekuasaan di seluruh penjuru dunia beristana di keraton Sanghadwala, bernama Çri Kesari telah mengalahkan musuh-musuhnya di Gurun dan di Swal. Inilah yang harus diketahui sampai kemudian hari.”

Berdasarkan isi prasasti tersebut dipastikan prasasti Blanjong dikukuhkan pada tahun 835 Caka (913 M) atas Raja Adipatih Cri Kesari Warmadewa sebagai tanda kemenangan,[1]

3)      Prasasti Singhasari 1351

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/0/0d/Singosari_1351.jpg/220px-Singosari_1351.jpg
Prasasti Singhasari, yang bertarikh tahun 1351 M, ditemukan di Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur dan sekarang disimpan di Museum Gajah. Ditulis dengan Aksara Jawa. Prasasti ini ditulis untuk mengenang pembangunan sebuah caitya atau candi pemakaman yang dilaksanakan oleh Mahapatih Gajah Mada. Paruh pertama prasasti ini merupakan pentarikhan tanggal yang sangat terperinci, termasuk pemaparan letak benda-benda angkasa. Paruh kedua mengemukakan maksud prasasti ini, yaitu sebagai pariwara pembangunan sebuah caitya.

Alihaksara

  1. / 0 / 'i śaka ; 1214 ; jyeṣṭa māsa ; 'irika diwaśani
  2. kamoktan. pāduka bhaāra sang lumah ring śiwa buddha /’ ; /’ swa-
  3. sti śri śaka waratita ; 1273 ; weśaka māsa tithi pratipā-
  4. da çuklapaks.a ; ha ; po ; bu ; wara ; tolu ; niri tistha graha-
  5. cara ; mrga çira naks.atra ; çaçi dewata ; bâyabya man.d.ala ;
  6. sobhanayoga ; çweta muhurtta ; brahmâparwweśa ; kistughna ;
  7. kâran.a wrs.abharaçi ; ‘irika diwaça sang mahâmantri mûlya ; ra-
  8. kryan mapatih mpu mada ; sâks.at. pran.ala kta râsika de bhat.â-
  9. ra sapta prabhu ; makâdi çri tribhuwanotungga dewi mahârâ
  10. ja sajaya wis.n.u wârddhani ; potra-potrikâ de pâduka bha-
  11. t.âra çri krtanagara jñaneçwara bajra nâmâbhis.aka sama-
  12. ngkâna twĕk. rakryan mapatih jirnodhara ; makirtti caitya ri
  13. mahâbrâhmân.a ; śewa sogata samâñjalu ri kamokta-
  14. n pâduka bhaâra ; muwah sang mahâwddha mantri linâ ri dagan
  15. bhat.âra ; doning caitya de rakryan. mapatih pangabhaktya-
  16. nani santana pratisantana sang parama satya ri pâda dwaya bhat.â-
  17. ra ; ‘ika ta kirtti rakryan mapatih ri yawadwipa maṇḍala /’

Alihbahasa

  1. Pada tahun 1214 Saka (1292 Masehi) pada bulan Jyestha (Mei-Juni) ketika itulah
  2. sang paduka yang sudah bersatu dengan Siwa Buddha.
  3. Salam Sejahtera! Pada tahun Saka 1273 (1351 Masehi), bulan Waisaka
  4. Pada hari pertama paruh terang bulan, pada hari Haryang, Pon, Rabu, wuku Tolu
  5. Ketika sang bulan merupakan Dewa Utama di rumahnya dan (bumi) berada di daerah barat laut.
  6. Pada yoga Sobhana, pukul Sweta, di bawah Brahma pada karana
  7. Kistugna, pada rasi Taurus. Ketika sang mahamantri yang mulia. Sang
  8. Rakryan Mapatih Mpu (Gajah) Mada yang beliau seolah-olah menjadi perantara
  9. Tujuh Raja seperti Sri Tribhuwanotunggadewi Mahara-
  10. jasa Jaya Wisnuwarddhani, semua cucu-cucu Sri Paduka
  11. Almarhum Sri Kertanegara yang juga memiliki nama penobatan Jñaneswara Bajra
  12. Dan juga pada saat yang sama sang Rakryan Mapatih Jirnodhara yang membangun sebuah candi pemakaman (caitya) bagi kaum
  13. Brahmana yang agung[1] dan juga para pemuja Siwa dan Buddha yang sama-sama gugur
  14. Bersama Sri Paduka Almarhum (=Kertanagara) dan juga bagi para Mantri senior yang juga gugur bersama-sama dengan
  15. Sri Paduka Almarhum. Alasan diabangunnya candi pemakaman ini oleh sang Rakryan Mahapatih ialah supaya berbhaktilah
  16. Para keturunan dan para pembantu dekat Sri Paduka Almarhum.
  17. Maka inilah bangunan sang Rakryan Mapatih di bumi Jawadwipa.
4)      Prasasti Pakubuwana X ini,
 ditaruh di gapura-gapura yang berada di wilayah Kasunanan Surakarta. Prasasti-prasasti ini ditulis pada tahun 1938.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/9/99/Prasasti_Pakubuwana_X.jpg/220px-Prasasti_Pakubuwana_X.jpg
Prasasti Gapura Ingkang Sinuhun Pakubuwana X

Daftar isi

Alihaksara Diplomatis

  1. kapařŋ i kara dam śampeyan dam hi
  2. ka śinuhun hika minulya saha hika wicaka
  3. a ka śuśuhunan phakhubhuwaa śeapati
  4. hiŋ alaga ŋabdurraman śayidin phaathagha
  5. ma hika kapi X hiyasa gaphura punika; hama
  6. řngi hi dintĕn sĕnen wagé tagal sapisan. wu
  7. lan saban tahun jimmawal. oka : 1869 : wu
  8. ku prabakat. dewi śri ; tulus. tuŋle ; wase
  9. sa sagara ; sagar wariŋin. wañci jam. 12 siya ;
  10. sinĕkalan. gaphura rinĕga samadyani praja ; hu
  11. tawi kapi ; 26 ; september ; 1938 ; sinĕka
  12. lan. heṣṭi huniŋa gaphurani rathu ;;

Alihaksara Ejaan Normal

Kapareng ing Karsa Dalem Sampéyan Dalem Ingkang Sinuhun ingkang minulya saha ingkang wicaksana Kangjeng Susuhunan Pakubuwana Sénapati Ingalaga Ngabdurrahman Sayidin Panatagama Ingkang kaping X ayasa gapura punika. Amarengi ing dinten Senèn Wagé tanggal sapisan wulan Saban tahun Jimawal angka 1869 wuku prangbakat Dewi Sri, Tulus, Tungle, Wasesa Sagara, Sanggar Waringin wanci jam 12 siyang. Sinengkalan: "Gapura rinengga samadyaning praja." Utawi kaping 26 September 1938, sinengkalan: "Esthi uninga gapuraning ratu

Alihbahasa

Maka karena berhubung kehendak beliau Sri Baginda Yang Mulia dan Yang Bijaksana, Sri Susuhunan Pakubuwana Senapati Ingalaga Ngabdurrahman Sayidin Panatagama Yang ke-X, gapura ini dibangun. Kala itu terjadi pada hari Senin Wage, tanggal 1 bulan Saban, tahun Jimawal, 1869 A.J., wuku Prangbakat, di bawah perlindungan Dewi Sri, hari Tulus, Tungle, yang memiliki kuasa atas lautan di Sanggar Beringin pada pukul 12.00 siang. Candra sangkalanya adalah: "Sebuah gapura dihias di tengah kerajaan." Atau pada tanggal 26 September 1938 dengan memakai candra sangkala: "Gajah melihat gapura sang raja."
Prasasti ini menarik, karena walaupun ditulis pada era modern, meniru gaya klasik prasasti. Sebagai contoh coba bandingkan dengan Prasasti Singhasari 1351.

5)      Prasasti Kedukan Buki

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/9/9f/KedukanBukit002.JPG/220px-KedukanBukit002.JPG
Prasasti Kedukan Bukit ditemukan oleh M. Batenburg pada tanggal 29 November 1920 di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang, Sumatera Selatan, di tepi Sungai Tatang yang mengalir ke Sungai Musi. Prasasti ini berbentuk batu kecil berukuran 45 × 80 cm, ditulis dalam aksara Pallawa, menggunakan bahasa Melayu Kuna. Prasasti ini sekarang disimpan di Museum Nasional Indonesia dengan nomor D.146.

Teks Prasasti

Alih Aksara

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/9/90/Pr_KB.jpg/220px-Pr_KB.jpg
http://bits.wikimedia.org/static-1.22wmf18/skins/common/images/magnify-clip.png
Prasasti Kedukan Bukit
  1. svasti śrī śakavaŕşātīta 605 (604 ?) ekādaśī śu
  2. klapakşa vulan vaiśākha dapunta hiya<(m> nāyik di
  3. sāmvau mangalap siddhayātra di saptamī śuklapakşa
  4. apunta hiya,vulan jyeşţha d<(m> maŕlapas dari minānga
  5. vala dualakşa dangan ko-(sa)(tāmvan mamāva yam
  6. duaratus cāra di sāmvau dangan jālan sarivu
  7. di ma(tlurātus sapulu dua vañakña dātamta jap
  8. sukhacitta di pañcamī śuklapakşa vula<n>...
  9.  marvuat vanua...(laghu mudita dātam
  10. śrīvijaya jaya siddhayātra subhikşa...

Alih Bahasa

  1. Selamat ! Tahun Śaka telah lewat 604, pada hari ke sebelas
  2. paro-terang bulan Waiśakha Dapunta Hiyang naik di
  3. sampan mengambil siddhayātra. di hari ke tujuh paro-terang
  4. bulan Jyestha Dapunta Hiyang berlepas dari Minanga
  5. tambahan membawa bala tentara dua laksa dengan perbekalan
  6. dua ratus cara (peti) di sampan dengan berjalan seribu
  7. tiga ratus dua belas banyaknya datang di mata jap (Mukha Upang)
  8. sukacita. di hari ke lima paro-terang bulan....(Asada)
  9. lega gembira datang membuat wanua....
  10. Śrīwijaya jaya, siddhayātra sempurna....

Keterangan

Pada baris ke-8 terdapat unsur pertanggalan, namun bagian akhir unsur pertanggalan pada prasasti ini telah hilang. Seharusnya bagian tersebut diisi dengan nama bulan. Berdasarkan data dari fragmen prasasti No. D.161 yang ditemukan di Situs Telaga Batu, J.G. de Casparis (1956:11-15) dan M. Boechari (1993: A1-1-4) mengisinya dengan nama bulan Āsāda. Maka lengkaplah pertanggalan prasasti tersebut, yaitu hari kelima paro-terang bulan Āsāda yang bertepatan dengan tanggal 16 Juni 682 Masehi.[2]
Menurut George Cœdès, siddhayatra berarti semacam “ramuan bertuah” (potion magique), tetapi kata ini bisa pula diterjemahkan lain. Menurut kamus Jawa Kuna Zoetmulder (1995): sukses dalam perjalanan. Dengan terjemahan tersebut kalimat di atas dapat diubah: “Sri Baginda naik sampan untuk melakukan penyerangan, sukses dalam perjalanannya.”
Dari prasasti Kedukan Bukit, didapatkan data sebagai berikut:[3] Dapunta Hyang berangkat dari Minanga dan menaklukan kawasan tempat ditemukannya prasasti ini (Sungai Musi, Sumatera Selatan).[4] Karena kesamaan bunyinya, ada yang berpendapat Minanga Tamwan adalah sama dengan Minangkabau, yakni wilayah pegunungan di hulu sungai Batanghari. Ada juga berpendapat Minanga tidak sama dengan Malayu, kedua kawasan itu ditaklukkan oleh Dapunta Hyang, tempat penaklukan Malayu terjadi sebelum menaklukan Minanga dengan menganggap isi prasasti ini menceritakan penaklukan Minanga.[5] Sementara itu Soekmono berpendapat bahwa Minanga Tamwan bermakna pertemuan dua sungai (karena tamwan berarti 'temuan'), yakni Sungai Kampar Kanan dan Sungai Kampar Kiri di Riau,[6] yakni wilayah sekitar Candi Muara Takus. Kemudian ada yang berpendapat Minanga berubah tutur menjadi Binanga, sebuah kawasan yang terdapat pada sehiliran Sungai Barumun (Provinsi Sumatera Utara sekarang).[7] Pendapat lain menduga bahwa armada yang dipimpin Jayanasa ini berasal dari luar Sumatera, yakni dari Semenanjung Malaya